Lokasi:
Mentawai, Sumatera Barat
Tahun Keberangkatan:
2012
Ketua Panitia:
Andi Mahardika
Kurator:
Stefanie Aylien
DUSUN UGAI
Oleh: Agustinus Leonardo
Ugai adalah sebuah dusun yang berada di wilayah kecamatan Siberut selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Yang mempunyai “kekuasaan tertinggi” di Dusun Ugai adalah keluarga Samanggea. Karena masuknya pengaruh dunia luar ke Mentawai, sebagian masyarakat Ugai sudah memeluk agama yaitu Katolik, dan hanya orang-orang tua saja yang masih menganut aliran kepercayaan salubungan (aliran kepercayaan Mentawai).
Pembangunan oleh pemerintah sudah mulai masuk ke Dusun Ugai, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia, seperti adanya jalan P2D (jalan beton), panel surya pada beberapa rumah, dan fasilitas umum seperti gereja dan sekolah, meski beberapa dari fasilitas ini tidak dapat bertahan lama (rusak akibat tidak dikelola)
POLA KAMPUNG DUSUN UGAI
Oleh: Novia Putri Anisti
Dari bagian muka dusun ugai yaitu muara sungai, jalan yang terbangun dari semen mengarahkan untuk masuk kedalam dusun. Muara sungai menjadi tempat datang dan perginya orang dari atau ke Dusun Ugai. Secara umum dapat terlihat jelas pola dusun ugai yaitu bagian muka diisi dengan ruang-ruang publik seperti kedai yang menjual kebutuhan, dan gereja, kemudian diisi oleh rumah-rumah tempat tinggal yang tersebar seperti rumah komunal yaitu Uma, kemudiaan diiringi rumah-rumah tinggal pribadi anggota Uma yaitu Rusuk, rumah yang menjadi tempat pertemuan masyarakat, dengan letak tersebar, kemudian keberadaan sekolah serta rumah pertemuan yang diletakan di tengah dusun, menggambarkan keberadaan bangunan-bangunan tersebut yang mudah diakses dari sekelilingnya, menjadi pusat kegiatan yang hidup setiap hari.
Keberadaan jalan yang lebih permanen, menciptakan koneksi antartempat di dusun, menjadikan pola dusun ini teratur dan memicu pola gerak dan perpindahan yang teratur, memungkinkan orang-orang menggunakan jalan yang sama dalam mencapai tujuan yang sama, menghasilkan interaksi
Terdapat dua keluarga yang menempati Dusun Ugai yaitu Keluarga Sapoula dan Keluarga Sanambaliu dengan cara yang berbeda-beda dalam mengolah dan menata lingkungan sesuai dengan identitas keluarga. kedua keluarga ini memiliki Uma sebagai rumah keluarga, beberapa Rusuk sebagai rumah pribadi anggota Uma yang telah menikah, serta Sapou ladang
UMA
Merupakan ruang untuk berkegiatan komunal yang dimiliki oleh sebuah keluarga besar dan sebuah penamaan. Dalam Uma, sebagian besar ritual yang berkaitan dengan kepercayaan dan tradisi dilaksanakan.
Keluarga Sapoula
Uma dan Rusuk agak jauh (10-20 langkah kaki) pengaturan tata letak daerah tidak terlalu teratur ,dengan orientasi Rusuk beberapa menghadap lurus, beberapa tidak meski tetap menuju jalan. Warga sering duduk di depan rumah, serta Rusuk dilalui jalan utama sehingga ramai
Keluarga Sanambaliu
Uma dan Rusuk agak jauh pengaturan tata letak daerah lebih teratur ,dengan orientasi Rusuk tegak lurus mengahadap ke arah jalan warga jarang duduk di depan rumah, serta tidak dilewati jalan utama sehingga terkesan sepi
Masuknya agama-agama modern tidak serta-merta menghilangkan budaya yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan ritual dari masyarakat Mentawai, dilaksanakan di dalam Uma, kecuali ritual-ritual yang berhubungan dengan ladang dan pembuatan sampan.
RITUAL PUNEN
Punen, salah satu ritual yang dilakukan di dalam Uma, berarti pesta. Namun memiliki makna berbeda satu sama lain tergantung dari tujuan punen itu sendiri. ada punen yang dikhususkan untuk prosesi perkawinan, syukuran, hingga pengobatan.
Dalam kepercayaan arat sabulungan, mengukuhkan bahwa setiap benda memiliki roh, dan sikerei merupakan perantara antara dunia nyata dan dunia roh, sehingga hanya sikerei yang dapat berhubungan dengan dunia roh tersebut.khususnya di pulau siberiut, punen tidak terlepas dari peran sikerei
Dalam punen pengobatan, dua ekor ayam dikurbankan untuk membaca penyakit dan obat dari penyakit pada jantung ayam tersebut. ayam tidak disembelih melainkan dipatahkan lehernya untuk menghindari cipratan darah, agar darah ayam dapat direbus bersama dengan bagian lainnya
RUSUK
Rusuk merupakan sebuah rumah yang tidak memiliki peraturan dalam pembangunannya, dimana pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan penghuninya. Setiap pasangan yang telah menikah disarankan untuk membangun sebuah rusuk, hingga salah satu dari pasangan meninggal kemudian yang lainnya kembali ke Uma.
Sebuah rumah tidak dapat dinamakan Rusuk jika ia tidak memiliki Uma. Rusuk dan Uma saling terikat satu sama lain.
SAPOU LADANG
Sapou Ladang digunakan untuk kegiatan berladang. Kegiatan berladang dilakukan beberapa hari sebelum kembali lagi ke Rusuk dan Uma.
Seorang kepala keluarga yang telah mampu membangun sebuah rusuk untuk ditinggali bersama keluarganya diharuskan memiliki setidaknya satu ladang, baik ladang kebun maupun ladang ternak. Kegiatan berladang untuk mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari bagi anggota keluarganya. Pada umumnya ladang kebun ditanami keladi, pisang, atau ketela, sedangkan ladang ternak sebagian besar adalah ternak babi. ladang kebun dan ladang ternak biasanya terpisah untuk menghindari adanya kerusakan hasil panen akibat ternak.
Ladang ternak dan ladang kebun keluarga sapoula berjarak lebih dekat dengan rusuk sapoula yaitu sekitar 30 menit, dan jarak antara ladang ternak terletak diseberang sungai dari ladang kebun.
Ladang ternak dan ladang kebun keluarga sanambaliu terpisah sangat jauh. letak ladang kebun sekitar 60 menit perjalanan dari uma sanambaliu. area ladang kebun sangat luas karena wilayah ladang terbagi menjadi lima ladang untuk setiap keluarga. namun pada ladang yang luas ini hanya terdapat satu sapou ladang yang dimanfaatkan oleh seluruh pemilik ladang sanambaliu.
Sapou Ladang Keluarga Sanambaliu
Menapak di tanah, bagian dinding tidak sepenuhnya ditutup seperti sapou ladang sapoula.