WAKATOBI
Oleh: Monica Sidarta
Wakatobi merupakan salah satu kabupaten yang terbentuk dari otonomi daerah dan terletak di provinsi Sulawesi Tenggara. Wakatobi merupakan singkatan dari empat pulau, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Keempat pulau ini dikelilingi karang yang menjadi pusat kehidupan bagi masyarakat Bajau.
SUKU BAJAU
Oleh: Albertus Bobby Widagdo
Suku Bajau adalah sebutan bagi orang lain untuk menyebut sekelompok manusia yang hidup di atas kapal mengarungi laut. Orang Bajau sendiri artinya orang yang mencari ikan. Antar mereka sendiri, mereka menyebutnya Suku Sama. Suku Bajau dikenal sebagai "sea gipsy" yang tinggal dan membentuk settlement di atas laut.
Keberadaannya yang tersebar di coral triangle melingkupi perairan nusantara, Sabah (Malaysia), dan Filipina sebagai bukti cara mereka berkehidupan dan memaknai alam Indonesia yang didominasi lautan.
DARI KAPAL KE RUMAH
Oleh: Lisgumantika Suha
Menurut cerita para tetua suku Bajau, ada masanya orang Bajau benar-benar tinggal di atas kapal tanpa memiliki rumah. Ketika hujan turun, mereka tinggal memasang peneduh berupa daun kelapa, begitupun ketika lelah, mereka tidur saja di atas kapal.
Namun sejauh apapun manusia berpindah, mereka tetap membutuhkan tempat untuk menetap, tempat yang menjadi pusat orientasi kalau menurut beberapa teori arsitektur. Tempat ini disebut rumah.
Bagi orang Bajau, pada awalnya rumah tidak lebih dari sebuah tempat singgah, untuk beristirahat dan berlindung dari cuaca, berupa kayu-kayu yang ditancap ke dasar laut dan bilik kecil di atasnya, cukup untuk menampung 1 orang sampai 1 keluarga kecil. Setelahnya mereka akan kembali melaut sampai waktu yang lama.
Seiring berjalannya waktu, mulai dibuat rumah yang lebih besar dan kuat materialnya. Rumah ini ditempati oleh istri dan anaknya sementara bapaknya pergi melaut dan pulang setiap beberapa waktu.
Sampai beberapa puluh tahun lalu, letak rumah masih berjauhan sehingga setiap mau berkunjung ke rumah lain harus menggunakan perahu.
Semakin bertambahnya jumlah komunitas, kampung ini semakin padat dan letak rumah pun jadi berdekatan, hingga akhirnya dibuat titian yang memungkinkan mereka berjalan kaki dari satu rumah ke rumah yang lain.
JALAN TITIAN
Jalan titian menjadi strategi pemerintah daerah untuk menjawab kebutuhan masyarakat terhadap kemudahan akses diwujudkan dengan pembangunan jalan titian di sepanjang desa. Jalan titian menyambungkan kebutuhan warga mencapai lokasi lain serta sangat menguntungkan karena tidak perlu menunggu pasang surut air laut untuk menggunakan sampan.
Jika dilihat secara makro, sekumpulan rumah di Desa Sama Bahari terhubung pada satu jalan titian. Ada yang terbuat dari kayu dan beton, yang nantinya dapat bercabang menjadi dua hingga empat buah jalan titian.
Oleh: Nana Sebastian